STF Driyarkara
Analisa
Bahan Pelajaran Katekumen untuk Sakramen Baptis dan Krisma
I.
Pengantar
Saya akan menganalisa bahan-bahan
pelajaran sakramen baptis dan krisma dari paroki St Anna, Duren Sawit Jakarta
Timur, kemudian membandingkannya dengan ajaran dari Ambrosius. Baptis dan
Krisma merupakan bagian dari tujuh sakramen dalam gereja Katolik.Keduanya
disebut sakramen karena merupakan tanda kehadiran Allah yang
menyelamatkan.Dalam tindakan Gerejani itu Allah sepenuhnya hadir dan
menyelamatkan kita.Kita percaya bahwa kehadiran Allah yang menyelamatkan itu
membuahkan kekudusan, kesucian; yang berarti menjadikan hidup kita dipilih dan
bersatu dengan Allah.
Sakramen baptis dan krisma juga
disebut sakramen inisiasi, yang berarti masuk ke dalam suatu kelompok.Setiap
kelompok sosial menusia selalu menciptakan dan memakai upacara khusus untuk
menerima dan memasukkan orang ke dalam kelompoknya sebagai anggota penuh,
dengan segala hal dan kewajibannya.Dan tindakan seperti ini disebut tindakan
inisiasi.
Gereja katolik melakukan upacara
khusus untuk menerima seseorang menjadi anggota dalam persekutuan Gereja secara
penuh, hal ini tampak dalam sakramen baptis, krisma, dan juga ekaristi.Ketiga
sakramen ini disebut sakramen inisiasi.
a. Melalui
sakramen baptis; kita dipermandikan, dilahirkan kembali menjadi ciptaan baru,
dosa asal dibersihkan, menjadi manusia baru berkat wafat dan kebangkitan
Kristus; dan diterima secara resmi menjadi anggota Gereja Katolik.[1]
b. Sakramen
ekaristi; melambangkan persatuan dengan Kristus, melalui tubuh dan darah-Nya
yang telah menyatukan kita dengan seluruh umat Allah dalam himpunan Gereja-Nya.
Dalam Ekaristi kita menjadi satu saudara dalam Kristus. Kita tumbuh dan
berkembang dalam persatuan dengan Kristus yang menyelamatkan.
c. Dengan
sakramen Krisma; kita dikukuhkan, diteguhkan, diberi meterai Roh. Dengan
menerima sakramen Krisma kita menjadi dewasa, hidup dalam pimpinan, dijiwai
oleh Roh Kudus, dan diutus untuk mewartakan kabar gembira kepada sesama.
Sakramen ini kadang disebut juga sakramen perutusan.
Dengan
menerima sakramen inisiasi secara penuh, kita menjadi anggota Gereja yang
dewasa[2],
yang bertanggung jawab secara penuh juga dalam kehidupan iman.Dan kita diutus
untuk mewartakan kabar keselamatan ke seluruh dunia.
Pada zaman para
Rasul, liturgi Pembaptisan masih sangat simple dan sederhana. Setiap orang yang
telah menerima Injil dan percaya kepada Tuhan lansung dibaptis dengan air dalam
nama Tuhan Yesus Kristus. Rumusan pembaptisan dengan air demikian: ”Aku
membaptis engkau dalam nama Yesus Kristus”, (bdk Kis 2:38; 10:48). Atau: “Aku
membaptis engkau dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus!” (bdk Mat 28:19).
Seiring dengan
perkembangan zaman, liturgi Pembaptisan, yang awalnya masih sangat sederhana, kemudian
mengalami penambahan sejumlah ritus baru, seperti; penandaan dengan salib
(sebagai tanda persekutuan dengan Allah), penolakan setan (sebagai tanda
pertobatan kepada Allah), pengurapan minyak krisma (sebagai tanda penerimaan
Roh Kudus), penyerahan kain putih (sebagai tanda hidup baru dalam Kristus),
pemberian lilin bernyala (sebagai tanda kebangkitan bersama Kristus) dan seruan
effata (sebagai tanda keterbukaan terhadap firman Allah).[3]
Silabus Pengajaran Katekumen:
Remaja-Dewasa.
Pada pertemuan perdana dengan para
calon ketekumen, pengajar hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:
a. Memperkenalkan
diri kepada para calon ketekumen baru, identitas diri secara lengkap.
b. Para
calon sejak awal sudah diberitahukan jangka waktu mengikuti katekisasi; bagi calon
yang berasal dari agama non-kristen minimal mengikuti pelajaran selama 1 tahun
atau 48x pertemuan. Sedangkan bagi yang berasal dari Gereja lain minimal 10
bulan atau 40x pertemuan.
c. Calon
katekumen sejak awal mulai pelajaran sudah harus diberi kartu siswa dan kartu
kegiatan dalam pendalaman materi yang telah diberikan pengajar/katekis.
d. Para
calon hendaknya diberitahukan buku-buku yang berkaitan dengan pendalaman iman
Katolik. Yaitu Kitab Suci, Puji Syukur, buku-buku doa, serta buku catatan untuk
pelajaran.
Petunjuk Praktis dalam Pelaksanaan
Sakramen Baptis:
a. Para
calon katekumen harus mendaftarkan diri di paroki/sekretariat/kepada ketekis
ketekumen.
b. Katekumen
harus mengikuti setiap pelajaran yang diberikan oleh ketekis.
c. Diadakan
upacara tahapan atau inisiasi tahap satu (misa katekumenat) dan tahap ke dua
(masa katekumenat).
d. Para
ketekumen yang sudah dipilih dan sudah siap dibaptis harus melakukan wawancara
pribadi dengan pastor paroki.
e. Pelaksanaan
penerimaan sakramen baptis dilaksanakan dua kali dalam setahun, yakni pada misa
malam Paskah dan pada misa malam Natal.
f.
Setelah dibaptis, orang-orang tersebut
diwajibkan mengikuti masa Mistagogi selama 12 kali pertemuan atau 1 tahun dan
ditutup dengan rekoleksi.
Petunjuk Praktis dalam Pelaksanaan
Sakramen Krisma;
a. Sudah
dibaptis secara Katolik (KHK kan. 889)
b. Calon
penerima sakramen Krisma mendaftarkan diri disekretariat paroki, dengan mengisi
formulir yang telah disediakan.
c. Bagi
para calon yang baru menerima sakramen pembaptisan, dua tahun sesudahnya baru
diperbolehkan untuk menerima sakramen Krisma.
d. Dalam
pelaksanaan pengajaran, para peserta dibagi kedalam kelompok-kelompok sesuai
dengan kategori usia.
e. Durasi
pengajaran antara 12-15 kali pertemuan sesuai dengan tema pengajaran yang telah
dipersiapkan pada waktu pembekalan.
f.
Sebelum penerimaan sakramen Krisma, para
peserta wajib menerima sakramen tobat.
g. Sebagai
persiapan batin para calon dibekali dengan rekoleksi.
h. Untuk
remaja, hendaknya sudah berusia 14 tahun (KHK kan. 819).
Materi-materi
yang diberikan selama pelajaran sakramen Krisma: pemahaman akan sakramen
baptis; sakramen ekaristi; sakramen krisma; tata cara hidup kristiani yakni
berkaitan dengan hidup doa; hidup menggereja; garam dan terang dunia; sakramen
pertobatan; rekoleksi; pengakuan dosa; gladi bersih; doa tridium dan refleksi;
dan akhirnya penerimaan sakramen krisma.
Beriman
secara Katolik tidak cukup hanya mengaku sebagai orang Katolik dan merasa
secara sah menjadi anggota Gereja dengan segala hak dan kewajibannya. Namun
pertama-tama ia harus dibaptis dahulu. Baik itu baptis ketika masih bayi atau
baptis dewasa, sebab sakramen baptis ini merupakan gerbang bagi
sakramen-sakramen, yang perlu untuk keselamatan, entah diterima secara nyata
atau setidak-tidaknya dalam kerinduan, dengan mana manusia dibebaskan dari
dosa, dilahirkan kembali sebagai anak-anak Allah serta digabungkan dengan
Gereja setelah dijadikan serupa dengan Kristus oleh meterai yang tidak
terhapuskan, hanya dapat diterimakan secara sah dengan pembasuhan air sungguh bersama
rumusan kata-kata yang diwajibkan (KHK, Kan. 849).
Makna Baptis
1. Dipersatukan
dengan Yesus, masuk dalam misteri Allah
Baptis
mempersatukan kita dengan Tuhan Yesus, dalam wafat dan kebangkitan-Nya.Kita
dipersatukan dalam misteri Paskah, melalui wafat dan kebangkitan-Nya kita
diselamatkan.Wafat Yesus telah mengubur dosa-dosa kita, manusia lama kita dan
kita beroleh rahmat keselamatan dalam kebangkitan-Nya (Rom 6:2-5).
1. Beroleh
hidup baru, hidup kekal dalam Roh Kristus
Melalui
sakramen baptis, memberikan penghapusan dosa-dosa asal dan memberikan rahmat
keselamatan, rahmat kebangkitan.Dengan baptis jiwa raga kita diperbaharui
dengan Roh Kudus. Seluruh semangat dan cara hidup kita hendaknya juga
diperbaharui dengan semangat dan cara hidup Yesus. Melalui baptis kita
meninggalkan cara hidup lama yang penuh dosa dan memulai hidup baru.
2. Dilahirkan
kembali dalam Roh
Sesuai
dengan konteks Injil Yohanes, dibaptis dalam air dan Roh juga berarti
dilahirkan kembali dalam air dan Roh, dan masuk dalam kerajaan Allah (Yoh
1:32-34; 3:5-7). Melalui baptis kita dilahirkan kembali secara rohani menjadi
anak-anak Allah dan boleh masuk dalam kerajaannya. Dengan baptis kita
dipersatukan dengan jemaat kudus lainnya dalam Yesus.
3. Menjadi
anggota Gereja
Kita
tidak dapat disebut anggota Gereja, jikalau belum dibaptis.Menerima dan bersatu
dengan Yesus, dan juga bersatu dengan Gereja-Nya. Hal ini sesuai yang
dikatakannya dalam surat Paulus kepada jemaat di Korintus. “dalam satu Roh kita semua telah dibaptis
menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh… Kamu
masing-masing adalah anggotannya” (1 Kor 12:13.27). Melalui baptis kita
diberikan meterai kekal, artinya selamanya kita dijadikan milik Kristus (bukan
milik dunia atau setan) dan dengan setia Tuhan akan menyelamatkan kita yang
telah dibaptis. Karena sakramen ini memberikan meterai kekal, maka sakramen ini
tidak bisa diulang, dan hanya diterima satu kali.[4]
Kristus
adalah kepala dan kita adalah anggota-anggota Tubuh-Nya, persatuan kita dengan
Kristus dan Gereja-Nya juga dengan sangat baik digambarkan dalam perumpamaan
pokok anggur dan ranting-rantingnya. Jikalau kita sebagai ranting-ranting-Nya,
tetap tinggal dan bersatu dengan pokok anggur yang adalah Yesus sendiri, maka
kita akan menghasilkan buah-buah yang berlimpah (Yoh 15:1-8).
Simbol-simbol yang digunakan dalam
penerimaan Sakramen Baptis
a. Air:
Adalah materi utama dalam pembaptisan. Air yang mengalir mampu membersihkan
semua kotoran. Penggunaan air yang mengalir dalam pembaptisan melambangkan
pembersihan/penyucian dari dosa, sehingga masuk ke dalam hidup yang baru.
b. Lilin:
Lilin yang menyala melambangkan terang, memberikan kegembiraan, sukacita sebab
membuat suasana disekitarnya menjadi terang. Dalam sakramen baptis, lilin yang
bernyala melambangkan terang Kristus.
c. Kain
Putih: Melambangkan kesucian jiwa, kekudusan, dan memberikan penguatan bahwa
telah dibangkitkan bersama Kristus.
d. Minyak:
Melambangkan Roh Kudus yang menguatkan dan menyelamatkan manusia yang menerima pembaptisan.
Tradisi Timur dan Barat perihal
Baptisan
Dalam liturgi Gereja Timur,
pembaptisan dilaksanakan melalui pecelupan kepada keadalam air sebanyak tiga kali.Sedangkan
adalam liturgi Gereja Barat, pembaptisan dilaksanakan melalui penuangan air di
atas kepala sebanyak tiga kali.
Dalam liturgi Gereja Timur,
pengurapan dengan minyak krisma dilakukan bukan hanya pada dahi, melainkan juga
pada mata, hidung, telinga, bibir, dada, punggung, tangan, dan kaki.Ritus
pengurapan pada bagian-bagian penting dari tubuh ini dianggap sebagai pemberian
sakramen Penguatan (krisma) bagi penerima. Tata cara ini pun berbeda dengan
ritus Gereja Barat, pengurapan dengan minyak hanya dilakukan pada dahi saja.
Makna dari pengurapan minyak pada dahi ini adalah kita yang menerimanya
diikutsertakan dalam martabat Yesus sebagai nabi, imam, dan raja.[5]
Pemberi Sakramen Baptis
Pada
dasarnya pelayan biasa/pemberi Sakramen Pembaptisan adalah uskup, imam, dan
daikon.Namun dalam hal-hal khusus/darurat, setiap orang (baik itu yang sudah
dibaptis maupun yang belum dibaptis) dapat memberikan sakramen pembaptisan
kepada orang yang memerlukannya.
Mengenai
pemberi Sakramen Pembaptisan, Hukum Gereja menegaskan sebagai berikut:
Pemberi
Sakramen Pembaptisan adalah uskup, imam, dan daikon, dengan tetap berlaku
ketentuan dalam kan. 530 no. 1.
Bilamana
pelayan biasa tidak ada atau terhalang, baptis boleh dilakukan oleh katekis
atau orang lain yang ditunjuk untuk tugas itu, bahkan dalam keadaan darurat
oleh siapa pun yang mempunyai maksud yang semestinya; hendaknya para gembala
umat, terutama pastor paroki, memperhatikan agar umat beriman kristiani
diberitahu cara membaptis yang benar (Kan. 861).
Diluar
keadaan darurat, tidak seorang pun diperkenankan melayani baptis di wilayah
lain tanpa izin yang semestinya, juga bahkan kepada orang-orang bawahannya
sendiri (Kan. 862).
Baptis
orang-orang dewasa, sekurang-kurangnya mereka yang telah berusia genap empat belas
tahun, hendaknya dibawa kepada uskup diosesan, agar dilaksanakan olehnya dila
dipandangnya patut (Kan. 863).
Tradisi Timur dan Barat Perihal
Krisma
Pada
abad-abad pertama ketika belum dikenal pembaptisan bayi, Gereja Timur dan
Barat, masih memadukan upacara pembaptisan dan upacara penumpangan tangan dalam
satu ibadat saja.Namun dalam perkembangannya ketidak sudah ada pembaptisan
bayi, Gereja Barat mulai memisahkan kedua upacara ini.Pembaptisan bayi
dilakukan oleh imam-imam dalam satu upacar sendiri, dan pemberian sakramen
krisma dilakukan oleh uskup-uskup kepada anak-anak yang sudah berpikir
rasional.
Dalam Gereja Timur masih
mempertahankan tradisi dahulu yakni tetap menjaga kesatuan dalam upacara
tersebut.Bahwa pembaptisan dan pemberian minyak krisma dilakukan oleh imam
dalam satu upacara, dengan ketentuan menggunakan minyak yang telah diberkati
uskup.
Dengan perbedaan tradisi upacara
pembaptisan dan krisma dalam Gereja Timur dan Barat, telah melahirkan ciri
khas/ masing-masing memiliki keistimewaan tersendiri.Bahwa Gereja Timur mau
menyatakan kesatuan inisiasi warga Kristen.Gereja Barat menyatakan persekutuan
warga Kristen baru dengan uskup sebagai pengganti para rasul.
Analisa
Tradisi Gereja Barat memiliki ciri
khas dalam melakukan pembaptisan dan penerimaan sakramen krisma.Kedua peristiwa
itu dilakukan secara sendiri-sendiri.Artinya upacara pembaptisan biasanya
dilakukan pada malam Natal dan malam Paskah.Sedangkan sakramen krisma dilakukan
pada hari minggu, oleh uskup atau utusannya apabila berhalangan.Ada 3 masa yang
harus dilewati seseorang apabila ingin bergabung sebagai anggota Gereja
Katolik.
a. Masa
Praketekumenat
Dalam
masa ini, calon akan diwawancarai oleh pastor paroki atau katekis yang telah
ditunjuk oleh pastor. Fokus utama dalam masa ini adalah menggali latar belakang
calon, menemukan motivasi-motivasi dasar calon baptis.Menurut hasil penelitian
di Gereja Santa Anna, 50% ingin menjadi Katolik karena pasangan.Dan sebagiannya
karena keluarga, yang telah menanamkan pendidikan katolik kepada anak-anak.
Dalam
masa katekumenat ini, katekis/imam menjelaskan kepada calon baptis bahwa untuk
menjadi katolik itu memerlukan proses yang panjang. Bukan serta merta langsung
bisa bergabung sebagai anggota Gereja Katolik.Ada tahapan-tahapan yang harus
dilalui.Hal inilah yang harus dijelaskan kepada calon baptis.Supaya mereka
memiliki gambaran umum untuk bisa menjadi anggota Gereja Katolik.
b. Masa
Katekumenat
Dalam
masa Katekumenat, calon baptis mendapatkan pelajaran-pelajaran dari para
ketekis. Pada tahap ini mereka mulai aktif dalam lingkungan Gereja; mengikuti
misa mingguan, aktif doa di lingkungan, bakti sosial, menghadiri
pelajaran-pelajaran yang telah ditentukan. Calon baptis juga mulai mengenal
kehidupan seorang Katolik, mengenal doa-doa, tata cara peribadatan/misa. Fokus
utama dalam masa katekumenat adalah memperkenalkan agama katolik kepada calon
baptis.
c. Masa
persiapan terakhir untuk para calon baptis yang terpilih
Dalam
tahap ketiga ini, dilakukan upacara untuk sakramen-sakramen inisiasi.Masa ini
disebut juga masa penyucian dan penerangan, dan masa ini ditutup dengan upacara
penerimaan sakramen baptis.
d. Masa
Mistagogi
Setelah
selesai mengalami masa praketekumenat dan katekumenat, sebagai orang Katolik
yang baru dibaptis, tentu masih harus mendalami pokok-pokok iman
kristiani.Tujuan pada masa ini adalah agar baptisan baru ini semakin menjadi
murid Kristus yang memiliki pemahaman dan penghayatan iman yang mendalam.Masa
mistagogi bukanlah untuk menambah pengetahuan tetapi untuk mengadakan refleksi
dan evaluasi masing-masing. Selama masa mistagogia ini yang akan didalami lagi
adalah perihal hidup doa, pendalaman iman dan pewartaan, penghayatan sakramen,
hidup menjemaat, hidup memasyarakat, membangun sikap tobat. Dan masa mistagogi
ini akan ditutup dengan rekoleksi.[6]
Dalam
masa Mistagogi, pertemuan dilakukan sebanyak 7 kali. Materi-materi/hal-hal
praktis yang diberikan sebagai berikut: a) penjelasan tentang arti dan maksud
masa mistagogi, syaring atas rahmat baptisan, sosialisasi jadwal dan program.
b) syaring dari ketua lingkungan tentang tugas dan memberi motivasi untuk
terlibat dalam lingkungan. c) perkenalan dengan salah satu bentuk devosi kepada
Bunda Maria/Legio Maria. d) perkenalan dengan kelompok kategorial, PDKK. e)
Rosario bersama. f) rencana penutupan masa mistagogi. g) rekoleksi penutupan
dan perutusan.
Apabila dibandingkan dengan
pembaptisan oleh Ambrosius pada jemaat Kristen di Antiokhia, Siria, dilakukan
pembenaman ke dalam air, namun tidak disertai dengan pengakuan iman.Pernyataan
iman (kesetiaan) kepada Kristus diucapkan si calon baptis pada hari sebelum dia
dibaptis.Dalam prosesi pembaptisan menurut Ambrosius ini diadakan pula
pembasuhan kaki.
Pada
zaman dahulu berbeda khususnya dalam pengajaran Ambrosius, para ketekumen tidak
diperbolehkan ikut perayaan Ekaristi. Sehingga pembaptisan dipandang sebagai
suatu langkah penting dalam proses inisiasi. Susudah pembaptisan oleh imam,
mereka dihadapkan pada bapa uskup, yang meletakkan tangan atas mereka dan
mengurapi mereka.Dan upacara penumpangan dan pengurapan dengan minyak zaitun
ini dinamakan krisma.Sesudah itu
mereka baru diperbolehkan mengambil bagian dalam ekaristi.
Hal
ini berkaitan dengan pengajaran rahasia/disciplina
Arcani.Yakni tidak semua orang diperkenankan untuk melihat dan mendengarkan
kegiatan dalam ekaristi/kegiatan yang lainnya, juga terutama bagi mereka yang
belum dibaptis. Pengajaran rahasia ini digambarkan dengan adanya rumusan doa,
tindakan rahasia, selain itu juga berkaitan dengan simbol-simbol tertentu dalam
liturgi yang memperlihatkan aspek misteri.
Selain
itu ada proses yang cukup menarik dalam pengajaran Ambrosius, yakni penolakan
setan. Saat itu Gereja memiliki anggapan bahwa seseorang yang belum dibaptis
mempunyai hubungan yang erat dengan kehidupan roh-roh jahat.Maka melalui
pembaptisan, kita dimenangkan, dibebaskan dari kuasan kegelapan, dan
dipersatukan dengan Kristus.Dalam ritusnya penolakan setan ini dilakukan dengan
meludah ke arah barat, dan berbalik ke timur di mana matarahi terbit.Hal ini
melambangkan kelahiran kembali dalam terang cahaya Kristus.
Dalam
perkembangannya, tata cara lama penerimaan sakramen inisiasi pada zaman
Ambrosius, mengalami perubahan. Kini urutan-urutan tersebut sudah berbeda,
banyak orang dibaptis beberapa hari setelah lahir (baptis bayi).Sakramen krisma
baru diterimakan bila sudah menjadi remaja.Dan pada waktu itu orang biasanya
sudah menerima “komuni pertama” dan telah lama ikut perayaan ekaristi.Sehingga
tidak terasa adanya hubungan antara ketiga sakramen itu.[7]
[1]HJ.
Suhardiyanto dkk, Mengikuti Yesus Kristus
2: buku pegangan calon baptis, (Jakarta: Kanisius, 1997), hlm. 78.
[2]
Henrik Njiolah, Materi Katekese untuk
Persiapan Ketekumenat dan Mistagogi, Pembaptisan, Komuni Pertama serta
Penguatan, (Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama, 2011) hlm. 60.
[3]Ibid.,hlm. 63.
[4]
F.X. Didik Bagiyowinandi, Menghidupi
Tradisi Katolik, (Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama, 2003), hlm. 18.
[5]Ibid.,hlm. 63.
[6]HJ.
Suhardiyanto dkk, Mengikuti Yesus Kristus
3: buku pegangan calon baptis, (Jakarta: Kanisius, 1997), hlm. 112.
[7]
KWI, Iman Katolik: buku informasi dan
referensi, (Jakarta: Kanisius, 1996), hlm. 419.
Greatt 👌
BalasHapuskesimpulannya ?
BalasHapus