Rabu, 25 Juli 2012

sakramen baptis dan krisma

Christian Budi Setiawan
STF Driyarkara
Analisa Bahan Pelajaran Katekumen untuk Sakramen Baptis dan Krisma

I.                   Pengantar
            Saya akan menganalisa bahan-bahan pelajaran sakramen baptis dan krisma dari paroki St Anna, Duren Sawit Jakarta Timur, kemudian membandingkannya dengan ajaran dari Ambrosius. Baptis dan Krisma merupakan bagian dari tujuh sakramen dalam gereja Katolik.Keduanya disebut sakramen karena merupakan tanda kehadiran Allah yang menyelamatkan.Dalam tindakan Gerejani itu Allah sepenuhnya hadir dan menyelamatkan kita.Kita percaya bahwa kehadiran Allah yang menyelamatkan itu membuahkan kekudusan, kesucian; yang berarti menjadikan hidup kita dipilih dan bersatu dengan Allah.
            Sakramen baptis dan krisma juga disebut sakramen inisiasi, yang berarti masuk ke dalam suatu kelompok.Setiap kelompok sosial menusia selalu menciptakan dan memakai upacara khusus untuk menerima dan memasukkan orang ke dalam kelompoknya sebagai anggota penuh, dengan segala hal dan kewajibannya.Dan tindakan seperti ini disebut tindakan inisiasi.
            Gereja katolik melakukan upacara khusus untuk menerima seseorang menjadi anggota dalam persekutuan Gereja secara penuh, hal ini tampak dalam sakramen baptis, krisma, dan juga ekaristi.Ketiga sakramen ini disebut sakramen inisiasi.
a.       Melalui sakramen baptis; kita dipermandikan, dilahirkan kembali menjadi ciptaan baru, dosa asal dibersihkan, menjadi manusia baru berkat wafat dan kebangkitan Kristus; dan diterima secara resmi menjadi anggota Gereja Katolik.[1]
b.      Sakramen ekaristi; melambangkan persatuan dengan Kristus, melalui tubuh dan darah-Nya yang telah menyatukan kita dengan seluruh umat Allah dalam himpunan Gereja-Nya. Dalam Ekaristi kita menjadi satu saudara dalam Kristus. Kita tumbuh dan berkembang dalam persatuan dengan Kristus yang menyelamatkan.
c.       Dengan sakramen Krisma; kita dikukuhkan, diteguhkan, diberi meterai Roh. Dengan menerima sakramen Krisma kita menjadi dewasa, hidup dalam pimpinan, dijiwai oleh Roh Kudus, dan diutus untuk mewartakan kabar gembira kepada sesama. Sakramen ini kadang disebut juga sakramen perutusan.
Dengan menerima sakramen inisiasi secara penuh, kita menjadi anggota Gereja yang dewasa[2], yang bertanggung jawab secara penuh juga dalam kehidupan iman.Dan kita diutus untuk mewartakan kabar keselamatan ke seluruh dunia.
Pada zaman para Rasul, liturgi Pembaptisan masih sangat simple dan sederhana. Setiap orang yang telah menerima Injil dan percaya kepada Tuhan lansung dibaptis dengan air dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Rumusan pembaptisan dengan air demikian: ”Aku membaptis engkau dalam nama Yesus Kristus”, (bdk Kis 2:38; 10:48). Atau: “Aku membaptis engkau dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus!” (bdk Mat 28:19).
Seiring dengan perkembangan zaman, liturgi Pembaptisan, yang awalnya masih sangat sederhana, kemudian mengalami penambahan sejumlah ritus baru, seperti; penandaan dengan salib (sebagai tanda persekutuan dengan Allah), penolakan setan (sebagai tanda pertobatan kepada Allah), pengurapan minyak krisma (sebagai tanda penerimaan Roh Kudus), penyerahan kain putih (sebagai tanda hidup baru dalam Kristus), pemberian lilin bernyala (sebagai tanda kebangkitan bersama Kristus) dan seruan effata (sebagai tanda keterbukaan terhadap firman Allah).[3]
Silabus Pengajaran Katekumen: Remaja-Dewasa.
            Pada pertemuan perdana dengan para calon ketekumen, pengajar hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:
a.       Memperkenalkan diri kepada para calon ketekumen baru, identitas diri secara lengkap.
b.      Para calon sejak awal sudah diberitahukan jangka waktu mengikuti katekisasi; bagi calon yang berasal dari agama non-kristen minimal mengikuti pelajaran selama 1 tahun atau 48x pertemuan. Sedangkan bagi yang berasal dari Gereja lain minimal 10 bulan atau 40x pertemuan.
c.       Calon katekumen sejak awal mulai pelajaran sudah harus diberi kartu siswa dan kartu kegiatan dalam pendalaman materi yang telah diberikan pengajar/katekis.
d.      Para calon hendaknya diberitahukan buku-buku yang berkaitan dengan pendalaman iman Katolik. Yaitu Kitab Suci, Puji Syukur, buku-buku doa, serta buku catatan untuk pelajaran.
Petunjuk Praktis dalam Pelaksanaan Sakramen Baptis:
a.       Para calon katekumen harus mendaftarkan diri di paroki/sekretariat/kepada ketekis ketekumen.
b.      Katekumen harus mengikuti setiap pelajaran yang diberikan oleh ketekis.
c.       Diadakan upacara tahapan atau inisiasi tahap satu (misa katekumenat) dan tahap ke dua (masa katekumenat).
d.      Para ketekumen yang sudah dipilih dan sudah siap dibaptis harus melakukan wawancara pribadi dengan pastor paroki.
e.       Pelaksanaan penerimaan sakramen baptis dilaksanakan dua kali dalam setahun, yakni pada misa malam Paskah dan pada misa malam Natal.
f.        Setelah dibaptis, orang-orang tersebut diwajibkan mengikuti masa Mistagogi selama 12 kali pertemuan atau 1 tahun dan ditutup dengan rekoleksi.
Petunjuk Praktis dalam Pelaksanaan Sakramen Krisma;
a.       Sudah dibaptis secara Katolik (KHK kan. 889)
b.      Calon penerima sakramen Krisma mendaftarkan diri disekretariat paroki, dengan mengisi formulir yang telah disediakan.
c.       Bagi para calon yang baru menerima sakramen pembaptisan, dua tahun sesudahnya baru diperbolehkan untuk menerima sakramen Krisma.
d.      Dalam pelaksanaan pengajaran, para peserta dibagi kedalam kelompok-kelompok sesuai dengan kategori usia.
e.       Durasi pengajaran antara 12-15 kali pertemuan sesuai dengan tema pengajaran yang telah dipersiapkan pada waktu pembekalan.
f.        Sebelum penerimaan sakramen Krisma, para peserta wajib menerima sakramen tobat.
g.       Sebagai persiapan batin para calon dibekali dengan rekoleksi.
h.       Untuk remaja, hendaknya sudah berusia 14 tahun (KHK kan. 819).
Materi-materi yang diberikan selama pelajaran sakramen Krisma: pemahaman akan sakramen baptis; sakramen ekaristi; sakramen krisma; tata cara hidup kristiani yakni berkaitan dengan hidup doa; hidup menggereja; garam dan terang dunia; sakramen pertobatan; rekoleksi; pengakuan dosa; gladi bersih; doa tridium dan refleksi; dan akhirnya penerimaan sakramen krisma.
Beriman secara Katolik tidak cukup hanya mengaku sebagai orang Katolik dan merasa secara sah menjadi anggota Gereja dengan segala hak dan kewajibannya. Namun pertama-tama ia harus dibaptis dahulu. Baik itu baptis ketika masih bayi atau baptis dewasa, sebab sakramen baptis ini merupakan gerbang bagi sakramen-sakramen, yang perlu untuk keselamatan, entah diterima secara nyata atau setidak-tidaknya dalam kerinduan, dengan mana manusia dibebaskan dari dosa, dilahirkan kembali sebagai anak-anak Allah serta digabungkan dengan Gereja setelah dijadikan serupa dengan Kristus oleh meterai yang tidak terhapuskan, hanya dapat diterimakan secara sah dengan pembasuhan air sungguh bersama rumusan kata-kata yang diwajibkan (KHK, Kan. 849).
Makna Baptis
1.      Dipersatukan dengan Yesus, masuk dalam misteri Allah
Baptis mempersatukan kita dengan Tuhan Yesus, dalam wafat dan kebangkitan-Nya.Kita dipersatukan dalam misteri Paskah, melalui wafat dan kebangkitan-Nya kita diselamatkan.Wafat Yesus telah mengubur dosa-dosa kita, manusia lama kita dan kita beroleh rahmat keselamatan dalam kebangkitan-Nya (Rom 6:2-5).
1.      Beroleh hidup baru, hidup kekal dalam Roh Kristus
Melalui sakramen baptis, memberikan penghapusan dosa-dosa asal dan memberikan rahmat keselamatan, rahmat kebangkitan.Dengan baptis jiwa raga kita diperbaharui dengan Roh Kudus. Seluruh semangat dan cara hidup kita hendaknya juga diperbaharui dengan semangat dan cara hidup Yesus. Melalui baptis kita meninggalkan cara hidup lama yang penuh dosa dan memulai hidup baru.
2.      Dilahirkan kembali dalam Roh
Sesuai dengan konteks Injil Yohanes, dibaptis dalam air dan Roh juga berarti dilahirkan kembali dalam air dan Roh, dan masuk dalam kerajaan Allah (Yoh 1:32-34; 3:5-7). Melalui baptis kita dilahirkan kembali secara rohani menjadi anak-anak Allah dan boleh masuk dalam kerajaannya. Dengan baptis kita dipersatukan dengan jemaat kudus lainnya dalam Yesus.
3.      Menjadi anggota Gereja
Kita tidak dapat disebut anggota Gereja, jikalau belum dibaptis.Menerima dan bersatu dengan Yesus, dan juga bersatu dengan Gereja-Nya. Hal ini sesuai yang dikatakannya dalam surat Paulus kepada jemaat di Korintus. “dalam satu Roh kita semua telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh… Kamu masing-masing adalah anggotannya” (1 Kor 12:13.27). Melalui baptis kita diberikan meterai kekal, artinya selamanya kita dijadikan milik Kristus (bukan milik dunia atau setan) dan dengan setia Tuhan akan menyelamatkan kita yang telah dibaptis. Karena sakramen ini memberikan meterai kekal, maka sakramen ini tidak bisa diulang, dan hanya diterima satu kali.[4]
Kristus adalah kepala dan kita adalah anggota-anggota Tubuh-Nya, persatuan kita dengan Kristus dan Gereja-Nya juga dengan sangat baik digambarkan dalam perumpamaan pokok anggur dan ranting-rantingnya. Jikalau kita sebagai ranting-ranting-Nya, tetap tinggal dan bersatu dengan pokok anggur yang adalah Yesus sendiri, maka kita akan menghasilkan buah-buah yang berlimpah (Yoh 15:1-8).
Simbol-simbol yang digunakan dalam penerimaan Sakramen Baptis
a.       Air: Adalah materi utama dalam pembaptisan. Air yang mengalir mampu membersihkan semua kotoran. Penggunaan air yang mengalir dalam pembaptisan melambangkan pembersihan/penyucian dari dosa, sehingga masuk ke dalam hidup yang baru.
b.      Lilin: Lilin yang menyala melambangkan terang, memberikan kegembiraan, sukacita sebab membuat suasana disekitarnya menjadi terang. Dalam sakramen baptis, lilin yang bernyala melambangkan terang Kristus.
c.       Kain Putih: Melambangkan kesucian jiwa, kekudusan, dan memberikan penguatan bahwa telah dibangkitkan bersama Kristus.
d.      Minyak: Melambangkan Roh Kudus yang menguatkan dan menyelamatkan manusia yang menerima pembaptisan.

Tradisi Timur dan Barat perihal Baptisan
            Dalam liturgi Gereja Timur, pembaptisan dilaksanakan melalui pecelupan kepada keadalam air sebanyak tiga kali.Sedangkan adalam liturgi Gereja Barat, pembaptisan dilaksanakan melalui penuangan air di atas kepala sebanyak tiga kali.
            Dalam liturgi Gereja Timur, pengurapan dengan minyak krisma dilakukan bukan hanya pada dahi, melainkan juga pada mata, hidung, telinga, bibir, dada, punggung, tangan, dan kaki.Ritus pengurapan pada bagian-bagian penting dari tubuh ini dianggap sebagai pemberian sakramen Penguatan (krisma) bagi penerima. Tata cara ini pun berbeda dengan ritus Gereja Barat, pengurapan dengan minyak hanya dilakukan pada dahi saja. Makna dari pengurapan minyak pada dahi ini adalah kita yang menerimanya diikutsertakan dalam martabat Yesus sebagai nabi, imam, dan raja.[5]
Pemberi Sakramen Baptis
            Pada dasarnya pelayan biasa/pemberi Sakramen Pembaptisan adalah uskup, imam, dan daikon.Namun dalam hal-hal khusus/darurat, setiap orang (baik itu yang sudah dibaptis maupun yang belum dibaptis) dapat memberikan sakramen pembaptisan kepada orang yang memerlukannya.
Mengenai pemberi Sakramen Pembaptisan, Hukum Gereja menegaskan sebagai berikut:
Pemberi Sakramen Pembaptisan adalah uskup, imam, dan daikon, dengan tetap berlaku ketentuan dalam kan. 530 no. 1.
Bilamana pelayan biasa tidak ada atau terhalang, baptis boleh dilakukan oleh katekis atau orang lain yang ditunjuk untuk tugas itu, bahkan dalam keadaan darurat oleh siapa pun yang mempunyai maksud yang semestinya; hendaknya para gembala umat, terutama pastor paroki, memperhatikan agar umat beriman kristiani diberitahu cara membaptis yang benar (Kan. 861).
Diluar keadaan darurat, tidak seorang pun diperkenankan melayani baptis di wilayah lain tanpa izin yang semestinya, juga bahkan kepada orang-orang bawahannya sendiri (Kan. 862).
Baptis orang-orang dewasa, sekurang-kurangnya mereka yang telah berusia genap empat belas tahun, hendaknya dibawa kepada uskup diosesan, agar dilaksanakan olehnya dila dipandangnya patut (Kan. 863).
Tradisi Timur dan Barat Perihal Krisma
            Pada abad-abad pertama ketika belum dikenal pembaptisan bayi, Gereja Timur dan Barat, masih memadukan upacara pembaptisan dan upacara penumpangan tangan dalam satu ibadat saja.Namun dalam perkembangannya ketidak sudah ada pembaptisan bayi, Gereja Barat mulai memisahkan kedua upacara ini.Pembaptisan bayi dilakukan oleh imam-imam dalam satu upacar sendiri, dan pemberian sakramen krisma dilakukan oleh uskup-uskup kepada anak-anak yang sudah berpikir rasional.
            Dalam Gereja Timur masih mempertahankan tradisi dahulu yakni tetap menjaga kesatuan dalam upacara tersebut.Bahwa pembaptisan dan pemberian minyak krisma dilakukan oleh imam dalam satu upacara, dengan ketentuan menggunakan minyak yang telah diberkati uskup.
            Dengan perbedaan tradisi upacara pembaptisan dan krisma dalam Gereja Timur dan Barat, telah melahirkan ciri khas/ masing-masing memiliki keistimewaan tersendiri.Bahwa Gereja Timur mau menyatakan kesatuan inisiasi warga Kristen.Gereja Barat menyatakan persekutuan warga Kristen baru dengan uskup sebagai pengganti para rasul.
Analisa
            Tradisi Gereja Barat memiliki ciri khas dalam melakukan pembaptisan dan penerimaan sakramen krisma.Kedua peristiwa itu dilakukan secara sendiri-sendiri.Artinya upacara pembaptisan biasanya dilakukan pada malam Natal dan malam Paskah.Sedangkan sakramen krisma dilakukan pada hari minggu, oleh uskup atau utusannya apabila berhalangan.Ada 3 masa yang harus dilewati seseorang apabila ingin bergabung sebagai anggota Gereja Katolik.
a.       Masa Praketekumenat
Dalam masa ini, calon akan diwawancarai oleh pastor paroki atau katekis yang telah ditunjuk oleh pastor. Fokus utama dalam masa ini adalah menggali latar belakang calon, menemukan motivasi-motivasi dasar calon baptis.Menurut hasil penelitian di Gereja Santa Anna, 50% ingin menjadi Katolik karena pasangan.Dan sebagiannya karena keluarga, yang telah menanamkan pendidikan katolik kepada anak-anak.
Dalam masa katekumenat ini, katekis/imam menjelaskan kepada calon baptis bahwa untuk menjadi katolik itu memerlukan proses yang panjang. Bukan serta merta langsung bisa bergabung sebagai anggota Gereja Katolik.Ada tahapan-tahapan yang harus dilalui.Hal inilah yang harus dijelaskan kepada calon baptis.Supaya mereka memiliki gambaran umum untuk bisa menjadi anggota Gereja Katolik.
b.      Masa Katekumenat
Dalam masa Katekumenat, calon baptis mendapatkan pelajaran-pelajaran dari para ketekis. Pada tahap ini mereka mulai aktif dalam lingkungan Gereja; mengikuti misa mingguan, aktif doa di lingkungan, bakti sosial, menghadiri pelajaran-pelajaran yang telah ditentukan. Calon baptis juga mulai mengenal kehidupan seorang Katolik, mengenal doa-doa, tata cara peribadatan/misa. Fokus utama dalam masa katekumenat adalah memperkenalkan agama katolik kepada calon baptis.
c.       Masa persiapan terakhir untuk para calon baptis yang terpilih
Dalam tahap ketiga ini, dilakukan upacara untuk sakramen-sakramen inisiasi.Masa ini disebut juga masa penyucian dan penerangan, dan masa ini ditutup dengan upacara penerimaan sakramen baptis.
d.      Masa Mistagogi
Setelah selesai mengalami masa praketekumenat dan katekumenat, sebagai orang Katolik yang baru dibaptis, tentu masih harus mendalami pokok-pokok iman kristiani.Tujuan pada masa ini adalah agar baptisan baru ini semakin menjadi murid Kristus yang memiliki pemahaman dan penghayatan iman yang mendalam.Masa mistagogi bukanlah untuk menambah pengetahuan tetapi untuk mengadakan refleksi dan evaluasi masing-masing. Selama masa mistagogia ini yang akan didalami lagi adalah perihal hidup doa, pendalaman iman dan pewartaan, penghayatan sakramen, hidup menjemaat, hidup memasyarakat, membangun sikap tobat. Dan masa mistagogi ini akan ditutup dengan rekoleksi.[6]
Dalam masa Mistagogi, pertemuan dilakukan sebanyak 7 kali. Materi-materi/hal-hal praktis yang diberikan sebagai berikut: a) penjelasan tentang arti dan maksud masa mistagogi, syaring atas rahmat baptisan, sosialisasi jadwal dan program. b) syaring dari ketua lingkungan tentang tugas dan memberi motivasi untuk terlibat dalam lingkungan. c) perkenalan dengan salah satu bentuk devosi kepada Bunda Maria/Legio Maria. d) perkenalan dengan kelompok kategorial, PDKK. e) Rosario bersama. f) rencana penutupan masa mistagogi. g) rekoleksi penutupan dan perutusan.
Apabila dibandingkan dengan pembaptisan oleh Ambrosius pada jemaat Kristen di Antiokhia, Siria, dilakukan pembenaman ke dalam air, namun tidak disertai dengan pengakuan iman.Pernyataan iman (kesetiaan) kepada Kristus diucapkan si calon baptis pada hari sebelum dia dibaptis.Dalam prosesi pembaptisan menurut Ambrosius ini diadakan pula pembasuhan kaki.
Pada zaman dahulu berbeda khususnya dalam pengajaran Ambrosius, para ketekumen tidak diperbolehkan ikut perayaan Ekaristi. Sehingga pembaptisan dipandang sebagai suatu langkah penting dalam proses inisiasi. Susudah pembaptisan oleh imam, mereka dihadapkan pada bapa uskup, yang meletakkan tangan atas mereka dan mengurapi mereka.Dan upacara penumpangan dan pengurapan dengan minyak zaitun ini dinamakan krisma.Sesudah itu mereka baru diperbolehkan mengambil bagian dalam ekaristi.
Hal ini berkaitan dengan pengajaran rahasia/disciplina Arcani.Yakni tidak semua orang diperkenankan untuk melihat dan mendengarkan kegiatan dalam ekaristi/kegiatan yang lainnya, juga terutama bagi mereka yang belum dibaptis. Pengajaran rahasia ini digambarkan dengan adanya rumusan doa, tindakan rahasia, selain itu juga berkaitan dengan simbol-simbol tertentu dalam liturgi yang memperlihatkan aspek misteri.
Selain itu ada proses yang cukup menarik dalam pengajaran Ambrosius, yakni penolakan setan. Saat itu Gereja memiliki anggapan bahwa seseorang yang belum dibaptis mempunyai hubungan yang erat dengan kehidupan roh-roh jahat.Maka melalui pembaptisan, kita dimenangkan, dibebaskan dari kuasan kegelapan, dan dipersatukan dengan Kristus.Dalam ritusnya penolakan setan ini dilakukan dengan meludah ke arah barat, dan berbalik ke timur di mana matarahi terbit.Hal ini melambangkan kelahiran kembali dalam terang cahaya Kristus.
Dalam perkembangannya, tata cara lama penerimaan sakramen inisiasi pada zaman Ambrosius, mengalami perubahan. Kini urutan-urutan tersebut sudah berbeda, banyak orang dibaptis beberapa hari setelah lahir (baptis bayi).Sakramen krisma baru diterimakan bila sudah menjadi remaja.Dan pada waktu itu orang biasanya sudah menerima “komuni pertama” dan telah lama ikut perayaan ekaristi.Sehingga tidak terasa adanya hubungan antara ketiga sakramen itu.[7]



[1]HJ. Suhardiyanto dkk, Mengikuti Yesus Kristus 2: buku pegangan calon baptis, (Jakarta: Kanisius, 1997), hlm. 78.

[2] Henrik Njiolah, Materi Katekese untuk Persiapan Ketekumenat dan Mistagogi, Pembaptisan, Komuni Pertama serta Penguatan, (Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama, 2011) hlm. 60.
[3]Ibid.,hlm. 63.
[4] F.X. Didik Bagiyowinandi, Menghidupi Tradisi Katolik, (Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama, 2003), hlm. 18.
[5]Ibid.,hlm. 63.
[6]HJ. Suhardiyanto dkk, Mengikuti Yesus Kristus 3: buku pegangan calon baptis, (Jakarta: Kanisius, 1997), hlm. 112.
[7] KWI, Iman Katolik: buku informasi dan referensi, (Jakarta: Kanisius, 1996), hlm. 419.

2 komentar: