arah berpikir filsafat
Owen 278-279
Jika ia berpikir hingga tahun 1928, bahwa eksistensi dari
Yunani dan kekeristenan, yang diambil dari kenyataaan sejarahnya, menunjukkkan
sebuah strukrur universal dari eksistenis faksial. Posisinya hingga tiga puluhan tahun adalah
decade kekurangan dari primordialitas Yunani. Dengan Yunani, ia memaksudkan
pada masa yunani awal dan ia mengambil
Plato dan Aristoteles untuk merepresentasi metafisika sebagai pelupaan akan
yang ada. Permusuhan yang terjadi menyerbu pandangan Heidegger antara relasi
pertanyaan filosofi dan kepercyaan kristiani, antara metodologi ateisme dan sebuah
ateisme yang lebih agresif dapat dilihat sungguh dengan jelas dengan mengikuti
kontradiksinya. Pada tahun 1922 ia menulis
“sesuatu yang dapat
dipertanyakan adalah tidak religius, tetapi lebih jauh dari itu itu mungkin
sungguh akan membimbing kita kepada keputusan yang religius. Saya tidak dapat
bertinkah laku secara religius dalam berfi;safat, bahkan jika saya seorang
filsuf pasti seorang religius. “Tetapi inilah seni” berfilsafat dan dengan
demikian sungguh religius seperti mengambil fakta secara keseluruhan, tugas
sejarah dalam filsafat, dalam aksi dan sebuah dunia dalam aksi, tidak religius
dan fantasi. Filsafat, dalam posisi radikal yang dapat dipertanyakan, harus
berada dalam prinsip a-teistik.”
Caranya adalah memelihara sesuatu dalam prinsip radikal yang
dapat dipertanyakan adalah kemampuan untuk memunculkan sebuah pertanyaan
mendasar, ketika respon mengenai iman. Pertanyaan filosofi tidak dapat menjadi
iman, tanpa berhenti untuk bertanya, tetapi orang yang percaya tetap memegang
imannya membuka dan menjaga hal itu bebas dari ideology dogmatic hanya untuk
menghidupkan pertanyaan mengenai kehidupan.
Tetapi dalam An Introduction to Metaphysics kita membaca:
Semua orang yang
berasal dari Injil adalah wahyu ilahi dan kebenaran mempunyai jawaban dari pertanyaan.”
Mengapa being lebih jauh daripada nothing” bahkan sebelum hal itu
diminta….seseorang yang berpegang pada beberapa iman dapat dalam partisipasi
dalam meminta pertanyaan kita tetapi dia tidak sungguh pertanyaan tanpa
berhenti perrcaya dan mengambil semua konseksuensi bebrapa langkah. Dia hanya
dapat beraksi”jika”.
Bagian akhir teks, Heidegger membantah sebuah usaha/kerja
yang berjudul What is Man? Oleh teoloh Kristiani Theodore Haeker secara
langsung memberikan kuliah di Freiburg marah diprotes oleh murid-murid Nazi.
“jika manusia percaya
akan proposisi dogma, itu adalah perhatiansecara individual, kita tidak
berdiskusi disini. Tetapi bagaiman dapat kami dipuaskan untuk mengambil manusia
secara serius yang menulis Who is Man di cover buka walaupun tidak dapat diselidiki, karena ia tanpa keinginan dan
tidakdapat menyelidiki?
Mengapa saya berbicara
mengenai beberapa
Mengapa saya berbicara
mengenai beberapa yang tidak relevan dengan penafsiran akan ucapan Parmaneides.
Dalam dirinya sendiri tulisan yang tergesa-gesa adalah tidak penting dan tidak
berguna. Apakah tidak penting kelumpuhan dari semua nafsu untuk bertanya that
has long been with us.
Heidegger sekarang jelas memegang hal itu dimana disana
kelihatan kontradiksi eksistensial
anatarapertanyaan filsafat yang real dan iman religius. Orang yang
percaya tidak mempunyai keinginan untuk memasuki penyangkalan dari sesutau yang
dapat dipertanyakan mengenai being.
Dalam pandangan bahwa ia memegang pada saat itu, yang juga membuat iman
kristiani sebuah pertemuan kekuatan yang revolusioner dari sudut pandang
pembaharuan National Sosialis. Bagian yang tampak dari pertanyaan orang yang
percaya mengajukan/menawarkan akan selalu mempunya macam dari kualitas
kecurangan “jika”. (maksudnya jika ada). Ketidakjujuran dari pekerja Kristen
(penulis) dalam hal ini dapat diperkirakan dalam hal yang sama sebagai
kebesaran pemikir besar Yunani seperti Parmaneides.
Ironis dan dalam kesaksian kekuatan pemikiran Heidegger
sebagai oposisi dari kekecilan dan ketakwajaran manusia, Heidegger memaksa enormous berpengaruh dalam teology
katolik hingga saat ini. Kumpulan dari keterangan didengar dalam kuliah hingga
tiga puluh tahun, melibatkan, dalam penambahannnya pada Muller, Gustav
Siewerth, Johanez Lotz, hingga Karl Rahner, dan semua Jesuit Jerman. Rahner
membuka problema pertanyaan dalam tuntutan konsep Thomisme mengenai transendal
pertama diberi tanda oleh Jaesuit Belgia Marechal. Dia memegang pertanyaan
tersebut, sebagai pembuka yang mendsar dalam berpikir tentang being, merepresentasai
oleh dinamisme atau momentumpikiran kepada Tuhan. Dia mempersalahkan fore-having being dengan mengerti as pra
mengerti Tuhan seperti sebagai Tuhan adalah being yang dilihat dalam semua
pikiran dan aksi. Dalam pekerjaan kedua Hearers of the Word, Rahner menyiapkan
teman untuk berbicara dan mendengarkan, mengklaim dan diklaim, bahwa Heidegger
telah memulai untuk menjelaskan pertama kali dalam tiga puluh tahun hubungan
dalam pembacaan karya Yunani awal. Rahner menggunakan refleksi Heidegger dalam
teologi, yang berargumentasi bahwa orang yang percaya adalah disposisi ontology
kepada wahyu, bahwa ini adalah semacam struktur omntologi dalam Dasein dalm gambaran yang mana hal itu
sungguh ada yang dialamatkan kepada being itu sendiri. Struktur ontology, disusun
dalam tulisan filsafat Heidegger, artikulasi dalam posibilitas dari being yang dikalim oleh Kata itu sendiri
bahwa Ayah (Father) berbicara kepada manusia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar