Sabtu, 23 Maret 2013

Maria Bunda Gereja



Maria Bunda Gereja
Fr. Christian Budi Setiawan CICM
Kesadaran manusia terhadap sesuatu yang Ilahi tidak terlepas dari keberadaan pada dirinya sendiri. Begitu juga dengan kehidupan rohani dari setiap pribadi yang ingin mengenal lebih dalam tokoh, ritual / ritus, dan spiritual dalam Gereja. Salah satu tokoh yang juga menjadi pusat perhatian dalam karya penyelamatan Yesus terhadap manusia yaitu Maria ibunda Yesus. Pertanyaan refleksi untuk kita renungkan : Bagaimana cara kita untuk mengenal sosok Bunda Maria? Dalam Dogma Gereja tanggal 8 September yang adalah peringatan untuk "Pesta Kelahiran Maria Bunda Gereja" yang akan diakhiri tanggal 15 September sebagai peringatan untuk "Bunda Dukacita" dapat kita preingati dalam bentuk berdoa dan berdevosi terhadap Bunda Maria. Terlepas dari peringatan itu ada suatu perkataan yang mengarahkan kita untuk mengimani Maria sebagai Bunda Gereja yaitu "seluruhnya bagimu Bunda karena engkau telah menuntun serta membimbing aku kepada Putra Allah Yesus Kristus". Perkataan itu sebagai bahan refleksi kita terhadap Bunda Maria karena lewat Dialah kita bisa beriman kepada Yesus.
Dalam Yesus Kristus kita semua dipanggil kepada Gereja, dan disitu kita memperoleh kesucian berkat rahmat Allah. Gereja itu baru mencapai kepenuhannya dalam kemuliaan di sorga, bila akan tiba saatnya segala-sesuatu diperbaharui (Kis 3:21), dan bila bersama dengan umat manusia dunia semesta pun, yang berhubungan erat secara dengan manusia dan bergerak ke arah tujuannya melalui manusia, akan diperbaharui secara sempurna dalam Kristus (lih. Ef 1:10; Kol 1:20; 2 Ptr 3:10-13). Kristus sebagai puncak keselamatan bagi manusia sangat setia kepada Bapa-Nya, begitu juga dengan Bunda Maria yang taat dan setia mengikuti jalan salib Yesus Kristus.
Bunda Marialah yg mengajarkan kepada Yesus bagaimana berjalan, berdoa, bekerja dan mengerjakan segala segala hal indah dalam kehidupan iman manusia. Maka, tentu kini dia juga rela mengajari kita semua hal, sebagaimana dia dulu mengerjakannya untuk Yesus. Terlebih dia akan mengajari kita bagaimana hidup seperti Yesus, mencintai dan melayani-Nya dalam diri mereka yg menderita. Begitulah Bunda Maria dibutuhkan, sebagai Bunda yang mengajari, menuntun, membimbing serta mengarahkan kita anak-anaknya, terlebih bagaimana kita mengasihi dan hidup dalam kasih.
Peristiwa Maria mencari Yesus di bait Allah dan membawa-Nya pulang ke rumah, dan peristiwa saat maria menghadiri pesta di perkawinan di kana, mau menunjukan hati Bunda Maria yg dipenuhi dengan kepedulian dan perhatian. Hatinya senantiasa memikirkan kebutuhan sesamanya. Hidupnya dipenuhi dengan kebaikan hati, senantiasa sadar akan kebutuhan orang-orang di sekitarnya. Inilah tanda kebesaran hati perempuan: menyadari penderitaan sesamanya dan membantu meringankan beban penderitaan itu. Yang ada dalam hatinya hanyalah keinginan tuk berbagi kasih yang dia dapat dari Allah. Dan semuanya dilakukan dengan penuh kegembiraan (peristiwa kunjungan maria ke rumah Elisabet-dia bergegas membagikan kasih kepada Elisabet). Hal ini mau menunjukkan bahwa Maria mempunyai hati yang peduli dan penuh perhatian.
Maria Bunda Gereja menginspirasikan iman kita untuk kembali merefleksikan bagaimana kisah dari peristiwa karya dan hidup Yesus Kristus mulai dari kelahiran, karya penyelamatan, sengsara, wafat, kebangkitan, dan kenaikkan Yesus ke sorga. Maria sangat penting bagi kehidupan Yesus karena Maria selalu memberikan semangat dalam setiap lerjalanan hidup Yesus. Apakah kita berani seperti Bunda Maria untuk memberikan semangat kepada orang-orang yang ada disekitar kita? Karena Maria juga selalu hadir untuk kita disaat membutuhkan pertolongan karena melalui perantaraan Bunda Marialah kita sampai kepada Yesus Kristus.
Kiranya kita juga melihat bagaimana pandangan Gereja terhadap Maria : Gereja Katolik memberi Maria banyak gelar; di antaranya yang penting adalah gelar Pembela, Pembantu, Penolong, Perantara. Akan tetapi itu semua gelar itu harus diartikan sedemikian rupa sehingga tidak mengurangi atau pun menambah martabat serta dayaguna Kristus satu-satunya Pengantara (Lumen Gentium 62). Gelar-gelar ini sering menimbulkan salah paham bagi orang-orang bukan-Katolik sebab dalam arti tegas gelar-gelar tersebut sebenarnya hanya cocok untuk Yesus Kristus. Kalau begitu, mengapa gelar-gelar tersebut dikenakan kepada Maria juga? Untuk itu marilah kita melihat dua gelar penting yang Gereja berikan untuk Maria.
Yang pertama adalah gelar “Mitra-Pengantara” atau “Pengantara Bersama” (Latin: Co-Mediatrix). Apakah gelar Maria tersebut tidak bertentangan dengan, atau paling kurang mengaburkan, peranan Yesus sebagai satu-satunya Pengantara antara Allah dan manusia, seperti dikatakan dalam 1Tim 2:5, “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus”? Jawaban Gereja Katolik, “Tidak perlu begitu.” Dengan memberi Maria gelar Co-Mediatrix, Gereja Katolik tidak bermaksud membuat Maria sejajar dengan Yesus Kristus atau menjadikan dia saingan-Nya. Maria hanyalah pembantu-Nya. Peranan Maria di-subordinasi-kan pada peranan Kristus (Lumen Gentium 62). Gereja Katolik yakin, peranan Kristus sebagai satu-satunya Pengantara tidak meniadakan aneka bentuk kerjasama dari pihak manusia. Untuk bisa memahami hal ini, baiklah kita lihat analogi berikut ini. Yesus pernah bersabda, “Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias” (Mat 23:10). Ini tidak berarti bahwa dalam Gereja tidak boleh ada pemimpin lain kecuali Yesus. Nyatanya, Gereja memiliki orang-orang yang dipilih Allah untuk memimpin jemaat (1 Kor 12:28; 1 Tes 5:12; dsb). Tentu saja, para pemimpin itu hanyalah berpartisipasi pada kepemimpinan Yesus. Begitu juga secara analog fungsi Maria sebagai pengantara (Lumen Gentium 62). Lagi pula, peranan Maria hanyalah mengantar orang kepada Kristus. Terkenal ucapan ini, “Per Mariam ad Iesum,” artinya: melalui Maria sampai kepada Yesus.
Kedua, mengenai gelar “Bunda Allah.” Dengan gelar yang hebat itu Gereja Katolik tidak bermaksud meng-allah-kan Maria, apalagi meyakini bahwa Maria adalah pribadi yang melahirkan Allah. Tidak! Maria adalah ciptaan Allah seperti kita. Maria bukanlah ibu yang melahirkan Allah; dia bukan istri Allah Bapa; dia bukan Allah Ibu. Dia adalah “Putri Allah Bapa,” suatu gelar lain yang diberikan Gereja kepadanya. Maria disebut “Bunda Allah” sejauh dia telah mengandung dan melahirkan Yesus. Lalu, sejauh Yesus itu benar-benar Allah dan benar-benar manusia, maka kita boleh menyebut Maria “Bunda Yesus” atau “Bunda Allah.” Kalau hanya itu maksudnya, mengapa tidak menghapus saja gelar yang membingungkan semacam itu? Jawabannya: Alkitab pun sudah memberi contoh yang serupa. Dalam Luk 1:43, ketika Elisabet menerima kunjungan Maria, ia berseru, “Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” Istilah “Tuhan” yang dipakai di sini adalah kata Yunani Kyrios, suatu gelar ilahi yang kelak oleh para rasul dikenakan pada Yesus ketika mereka sudah sampai pada iman akan Yesus sebagai Allah. Namun, jauh sebelum Yesus diakui sebagai Allah, Injil Lukas sudah meletakkan gelar itu pada mulut Elisabet. Itu berarti, Maria memang diberi gelar “Ibu Tuhan” atau sama dengan gelar “Bunda Allah.”
Maria Bunda Allah menjadi Bunda Gereja yang berkaitan erat dengan peristiwa Yesus Kristus. Yesus Kristus tidak bisa dilepaskan dari Gereja yang didirikan-Nya. Maka dari itu, Konsili Vatikan II membahas Maria tidak hanya dalam kaitannya dengan Yesus tetapi juga dalam kaitannya dengan Gereja-Nya. Maria dipandang sebagai anggota Gereja Yesus tetapi anggota Gereja yang paling sempurna. Dalam dirinya sudah terpenuhi panggilan Gereja Yesus untuk menjadi “jemaat kudus dan tidak bercela” (Ef 5:27). Oleh karena itu, Maria adalah teladan bagi semua anggota Gereja Yesus. Maria adalah teladan dalam banyak hal, tetapi terutama hal iman dan cinta kasih (Lumen Gentium 53; 65). Mengingat besarnya partisipasi Maria dalam karya penebusan Yesus, maka Gereja Katolik dalam ibadat resminya kerap sekali mengenang Maria dengan rasa hormat dan kasih keputeraan. Di luar ibadat resmi pun, yakni dalam doa-doa umat Katolik, Maria dikenang, dipuji, dan dihormati. Dengan demikian genaplah nubuatan yang diucapkan Maria sendiri, “Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia“ (Luk 1:48).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar