Maria Bunda Gereja
Fr. Christian Budi Setiawan CICM
Kesadaran
manusia terhadap sesuatu yang Ilahi tidak terlepas dari keberadaan pada dirinya
sendiri. Begitu juga dengan kehidupan rohani dari setiap pribadi yang ingin
mengenal lebih dalam tokoh, ritual / ritus, dan spiritual dalam Gereja. Salah
satu tokoh yang juga menjadi pusat perhatian dalam karya penyelamatan Yesus
terhadap manusia yaitu Maria ibunda Yesus. Pertanyaan refleksi untuk kita
renungkan : Bagaimana cara kita untuk mengenal sosok Bunda Maria? Dalam Dogma
Gereja tanggal 8 September yang adalah peringatan untuk "Pesta Kelahiran
Maria Bunda Gereja" yang akan diakhiri tanggal 15 September sebagai
peringatan untuk "Bunda Dukacita" dapat kita preingati dalam bentuk
berdoa dan berdevosi terhadap Bunda Maria. Terlepas dari peringatan itu ada suatu
perkataan yang mengarahkan kita untuk mengimani Maria sebagai Bunda Gereja
yaitu "seluruhnya bagimu Bunda karena engkau telah menuntun serta
membimbing aku kepada Putra Allah Yesus Kristus". Perkataan itu sebagai
bahan refleksi kita terhadap Bunda Maria karena lewat Dialah kita bisa beriman
kepada Yesus.
Dalam
Yesus Kristus kita semua dipanggil kepada Gereja, dan disitu kita memperoleh
kesucian berkat rahmat Allah. Gereja itu baru mencapai kepenuhannya dalam
kemuliaan di sorga, bila akan tiba saatnya segala-sesuatu diperbaharui (Kis
3:21), dan bila bersama dengan umat manusia dunia semesta pun, yang berhubungan
erat secara dengan manusia dan bergerak ke arah tujuannya melalui manusia, akan
diperbaharui secara sempurna dalam Kristus (lih. Ef 1:10; Kol 1:20; 2 Ptr
3:10-13). Kristus sebagai puncak keselamatan bagi manusia sangat setia kepada
Bapa-Nya, begitu juga dengan Bunda Maria yang taat dan setia mengikuti jalan
salib Yesus Kristus.
Bunda Marialah yg mengajarkan kepada Yesus bagaimana
berjalan, berdoa, bekerja dan mengerjakan segala segala hal indah dalam
kehidupan iman manusia. Maka, tentu kini dia juga rela mengajari kita semua
hal, sebagaimana dia dulu mengerjakannya untuk Yesus. Terlebih dia akan
mengajari kita bagaimana hidup seperti Yesus, mencintai dan melayani-Nya dalam
diri mereka yg menderita. Begitulah Bunda Maria dibutuhkan, sebagai Bunda yang
mengajari, menuntun, membimbing serta mengarahkan kita anak-anaknya, terlebih
bagaimana kita mengasihi dan hidup dalam kasih.
Peristiwa Maria mencari Yesus di bait Allah dan
membawa-Nya pulang ke rumah, dan peristiwa saat maria menghadiri pesta di
perkawinan di kana, mau menunjukan hati Bunda Maria yg dipenuhi dengan
kepedulian dan perhatian. Hatinya senantiasa memikirkan kebutuhan sesamanya.
Hidupnya dipenuhi dengan kebaikan hati, senantiasa sadar akan kebutuhan
orang-orang di sekitarnya. Inilah tanda kebesaran hati perempuan: menyadari
penderitaan sesamanya dan membantu meringankan beban penderitaan itu. Yang ada
dalam hatinya hanyalah keinginan tuk berbagi kasih yang dia dapat dari Allah.
Dan semuanya dilakukan dengan penuh kegembiraan (peristiwa kunjungan maria ke
rumah Elisabet-dia bergegas membagikan kasih kepada Elisabet). Hal ini mau
menunjukkan bahwa Maria mempunyai hati yang peduli dan penuh perhatian.
Maria Bunda Gereja menginspirasikan iman kita untuk
kembali merefleksikan bagaimana kisah dari peristiwa karya dan hidup Yesus
Kristus mulai dari kelahiran, karya penyelamatan, sengsara, wafat, kebangkitan,
dan kenaikkan Yesus ke sorga. Maria sangat penting bagi kehidupan Yesus karena
Maria selalu memberikan semangat dalam setiap lerjalanan hidup Yesus. Apakah
kita berani seperti Bunda Maria untuk memberikan semangat kepada orang-orang
yang ada disekitar kita? Karena Maria juga selalu hadir untuk kita disaat
membutuhkan pertolongan karena melalui perantaraan Bunda Marialah kita sampai
kepada Yesus Kristus.
Kiranya
kita juga melihat bagaimana pandangan Gereja terhadap Maria : Gereja Katolik
memberi Maria banyak gelar; di antaranya yang penting adalah gelar Pembela,
Pembantu, Penolong, Perantara. Akan tetapi itu semua gelar itu harus diartikan
sedemikian rupa sehingga tidak mengurangi atau pun menambah martabat serta
dayaguna Kristus satu-satunya Pengantara (Lumen Gentium 62). Gelar-gelar
ini sering menimbulkan salah paham bagi orang-orang bukan-Katolik sebab dalam
arti tegas gelar-gelar tersebut sebenarnya hanya cocok untuk Yesus Kristus.
Kalau begitu, mengapa gelar-gelar tersebut dikenakan kepada Maria juga? Untuk
itu marilah kita melihat dua gelar penting yang Gereja berikan untuk Maria.
Yang
pertama adalah gelar “Mitra-Pengantara” atau “Pengantara Bersama” (Latin: Co-Mediatrix).
Apakah gelar Maria tersebut tidak bertentangan dengan, atau paling kurang
mengaburkan, peranan Yesus sebagai satu-satunya Pengantara antara Allah
dan manusia, seperti dikatakan dalam 1Tim 2:5, “Karena Allah itu esa dan esa
pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia
Kristus Yesus”? Jawaban Gereja Katolik, “Tidak perlu begitu.” Dengan memberi
Maria gelar Co-Mediatrix, Gereja Katolik tidak bermaksud membuat Maria
sejajar dengan Yesus Kristus atau menjadikan dia saingan-Nya. Maria hanyalah
pembantu-Nya. Peranan Maria di-subordinasi-kan pada peranan Kristus (Lumen
Gentium 62). Gereja Katolik yakin, peranan Kristus sebagai satu-satunya
Pengantara tidak meniadakan aneka bentuk kerjasama dari pihak manusia. Untuk
bisa memahami hal ini, baiklah kita lihat analogi berikut ini. Yesus pernah
bersabda, “Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu,
yaitu Mesias” (Mat 23:10). Ini tidak berarti bahwa dalam Gereja tidak boleh ada
pemimpin lain kecuali Yesus. Nyatanya, Gereja memiliki orang-orang yang dipilih
Allah untuk memimpin jemaat (1 Kor 12:28; 1 Tes 5:12; dsb). Tentu saja, para
pemimpin itu hanyalah berpartisipasi pada kepemimpinan Yesus. Begitu juga
secara analog fungsi Maria sebagai pengantara (Lumen Gentium 62). Lagi
pula, peranan Maria hanyalah mengantar orang kepada Kristus. Terkenal ucapan
ini, “Per Mariam ad Iesum,” artinya: melalui Maria sampai kepada Yesus.
Kedua,
mengenai gelar “Bunda Allah.” Dengan gelar yang hebat itu Gereja Katolik tidak
bermaksud meng-allah-kan Maria, apalagi meyakini bahwa Maria adalah pribadi
yang melahirkan Allah. Tidak! Maria adalah ciptaan Allah seperti kita. Maria
bukanlah ibu yang melahirkan Allah; dia bukan istri Allah Bapa; dia bukan Allah
Ibu. Dia adalah “Putri Allah Bapa,” suatu gelar lain yang diberikan Gereja
kepadanya. Maria disebut “Bunda Allah” sejauh dia telah mengandung dan melahirkan
Yesus. Lalu, sejauh Yesus itu benar-benar Allah dan benar-benar manusia, maka
kita boleh menyebut Maria “Bunda Yesus” atau “Bunda Allah.” Kalau
hanya itu maksudnya, mengapa tidak menghapus saja gelar yang membingungkan
semacam itu? Jawabannya: Alkitab pun sudah memberi contoh yang serupa. Dalam
Luk 1:43, ketika Elisabet menerima kunjungan Maria, ia berseru, “Siapakah aku
ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” Istilah “Tuhan” yang dipakai di
sini adalah kata Yunani Kyrios, suatu gelar ilahi yang kelak oleh para
rasul dikenakan pada Yesus ketika mereka sudah sampai pada iman akan Yesus
sebagai Allah. Namun, jauh sebelum Yesus diakui sebagai Allah, Injil Lukas
sudah meletakkan gelar itu pada mulut Elisabet. Itu berarti, Maria memang
diberi gelar “Ibu Tuhan” atau sama dengan gelar “Bunda Allah.”
Maria
Bunda Allah menjadi Bunda Gereja yang berkaitan erat dengan peristiwa Yesus
Kristus. Yesus Kristus tidak bisa dilepaskan dari Gereja yang didirikan-Nya.
Maka dari itu, Konsili Vatikan II membahas Maria tidak hanya dalam kaitannya
dengan Yesus tetapi juga dalam kaitannya dengan Gereja-Nya. Maria dipandang
sebagai anggota Gereja Yesus tetapi anggota Gereja yang paling sempurna. Dalam
dirinya sudah terpenuhi panggilan Gereja Yesus untuk menjadi “jemaat kudus dan
tidak bercela” (Ef 5:27). Oleh karena itu, Maria adalah teladan bagi semua
anggota Gereja Yesus. Maria adalah teladan dalam banyak hal, tetapi terutama
hal iman dan cinta kasih (Lumen Gentium 53; 65). Mengingat besarnya
partisipasi Maria dalam karya penebusan Yesus, maka Gereja Katolik dalam ibadat
resminya kerap sekali mengenang Maria dengan rasa hormat dan kasih keputeraan.
Di luar ibadat resmi pun, yakni dalam doa-doa umat Katolik, Maria dikenang,
dipuji, dan dihormati. Dengan demikian genaplah nubuatan yang diucapkan Maria
sendiri, “Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku
berbahagia“ (Luk 1:48).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar